Istimewa
PEKANBARU - Harmonisasi duet Syamsuar - Edi Natar Nasution terusik akibat perubahan alokasi dana CSR BRK Syariah bagi Masjid.
Bola panas terus menggerus hubungan kedua pemimpin di Riau ini, tentunya banyak pihak yang bertepuk tangan dengan keadaan ini.
Sebagaimana terungkap dalam rekaman percakapan antara Wagubri Edi Natar Nasution dengan seseorang yang ditenggarai seorang pegawai BRK Syariah.
Dengan nada suara yang penuh keraguan, terkesan dipaksakan sang pegawai mengaku bahwa Gubernur-lah yang memerintahkan perubahan tersebut.
Namun jika diamati secara cermat, tutur bahasa yang keluar dari suara sang pegawai BRK tersebut patut dipertanyakan kejujurannya.
Dibutuhkan lie detector, untuk menguji kejujurannya tersebut, karena sejauh ini Gubri Syamsuar selalu menjaga harmonisasi hubungannya dengan Wagubri.
Lalu dalam ujarannya, si pegawai BRK ini juga mengatakan bahwa perubahan tersebut sudah dikomunikasikan dengan Karo Kesra, untuk dikonfirmasikan kepada Wagubri.
Hal ini mengingatkan penulis pada situasi harmonisasi pasangan Gubernur - Wakil Gubernur Rusli Zainal - Wan Abu Bakar pada awal masa kepemimpinan mereka, sekitar tahun 2003.
Hubungan pasangan yang baru dilantik tersebut, menjadi renggang dan bahkan menjauh hanya gara-gara perlakuan jajaran Sekretariat Daerah.
Memang, dalam jabatan yang diembannya, seorang Gubernur memiliki kewenangan yang jauh lebih besar dibandingkan pasangannya.
Sehingga, loyalitas jajaran tentu lebih banyak tercurah pada sang Gubernur, namun disisi lain, harmonisasi dan keseimbangan dalam pengelolaan pemerintah menjadi timpang. Minimal di mata masyarakat.
Ternyata, kejadian ini terulang hanya beberapa bulan menjelang berakhirnya masa jabatan pasangan Syam-Edi, lewat CSR BRK Syariah.
Banyak sekali motif dibalik alur perseteruan yang dibangun, dan bahkan Gubernur sendiri memilih enggan berkomentar. Justru pihak BRK Syariah lah yang sibuk membuat rilis kepada media.
Bak kebakaran jenggot, pimpinan BRK Syariah menyebarkan bantahan terhadap perlakuan mereka kepada Wagubri, hal ini sudah sangat keterlaluan.
Pertanyaannya, kenapa pihak BRK Syariah yang sibuk membuat penjelasan kepada media, jika mereka hanya menjalankan perintah Gubernur?
Ada apa dibalik semua ini? Pilgubri 2024 kah? Ntahlah, yang jelas sebagai warga Riau kami sangat kecewa atas perilaku busuk ini.
Mengadu domba para pemimpin kita adalah perbuatan yang sangat keji sekali, apalagi dilakukan di bulan suci Ramadhan. Bertobatlah kalian.
Tak sedikit dosa yang diperbuat orang banyak gara-gara ini, ada yang menghujat Pak Syam dan ada yang mendeskriditkan Pak Edi, sementara persoalan substantifnya tak pernah muncul. Naudzubillah min dzaalik.
Redaksi