Ilustrasi
KOPI merupakan komoditas kedua yang paling banyak diperdagangkan setelah minyak bumi. Diproduksi oleh lebih dari 75 negara dan menjadi mata pencarian bagi sekitar 25 juta keluarga petani di seluruh dunia.
Negara penghasil kopi terbanyak adalah Brazil dan diikuti Vietnam, Colombia, Indonesia dan Honduras. Rerata negara produsen kopi terkategori negara sedang berkembang di Amerika Latin, Afrika dan beberapa Asia Pasifik, sementara konsumen terbanyak berada di negara maju yang berada di Amerika Utara dan Eropa.
Produksi kopi telah mengalami peningkatan yang cukup signifikan selama 50 tahun terakhir, namun peningkatan ini seringkali tidak disertai dengan kenaikan harga kopi mentah di tingkat petani.
Disisi lain, harga jual di negara-negara konsumen mengalami peningkatan, yang keuntungannya hanya dinikmati oleh perantara, pengolah, eksportir, dan perusahaan internasional besar. Tren ini tentunya mengurangi kesejahteraan petani dan mendorong mereka ke dalam kemiskinan.
Ketidakpastian harga menjadi permasalahan utama bagi petani dalam meningkatkan taraf hidupnya. Rendahnya profitabilitas penjualan membuat rumah tangga petani terkendala dalam pengambilan keputusan yang tepat dalam merencanakan dan mengalokasikan sumber dayanya.
Hal tersebut telah memperburuk produktivitas tanaman yang pada akhirnya akan berdampak pada produksi kopi itu sendiri. Ketidakpastian harga ini juga menjadi perhatian serius bagi negara-negara konsumen kopi.
Mereka menyadari bahwa untuk menjaga keberlangsungan pasokan dari negara produsen, mereka perlu memberikan insentif, khususnya kopi. Salah satu upaya yang bisa dilakukan guna meningkatkan taraf hidup petani kopi adalah sertifikasi Fair Trade (Srirahayu, 2018), sebuah konsep yang dicetus oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pasca perang dunia kedua.
Mengenal Coffee Fair Trade
Berbicara tentang Fair Trade percakapan akan tertuju pada kopi, produk pertama dan yang paling signifikan secara ekonomi dicakup oleh Fair Trade. Label Fair Trade pertama adalah Max Havelaar yang berada di bawah agensi pembangunan Belanda Solidaridad.
Tujuan awal dari Fair Trade ini adalah untuk meningkatkan harga kopi di level produsen. Beberapa asosiasi dan organisasi kecil serupa di luar Belanda kemudian bermunculan dan akhirnya berkolaborasi membentuk badan nirlaba antarbangsa yang sekarang dikenal dengan Fair Trade International.
Saat ini Fair Trade telah diperluas mencakup produk pertanian dan manufaktur lainnya, seperti pisang, teh, madu, gula, beras, kakao, kapasorganik, tekstil, dan kerajinan tangan.
Fair Trade merupakan lembaga non pemerintah yang mempertemukan para produsen dan konsumen secara langsung, serta bertujuan melindungi produsen kopi di negara berkembang dari kemiskinan dengan membantu mereka untuk berorganisasi.
Dalam aktivitasnya, lembaga ini menerbitkan Sertifikasi Internasional, memberikan konsultasi dan melakukan pengenalan produk. Meskipun pangsa pasar produk yang bersertifikasi Fair Trade masih kecil, pertumbuhannya sangat pesat selama dekade terakhir.
Fair Trade beranggotakan produsen dan konsumen, bertugas menjembatani kebutuhan kedua belah pihak dan berupaya memberikan harga yang adil antara produsen, konsumen dan juga seluruh rantai pasoknya.
Produsen, yang biasanya akan diwakili oleh suatu organisasi/koperasi, akan memperoleh akses pada jaringan konsumen dari berbagai negara. Produsen dan konsumen bisa berhubungan langsung untuk menetukan harga yang fair bagi kedua belah pihak, dengan mempertimbangkan faktor lain seperti nilai pasar dan biaya operasional.
Sementara konsumen akan mendapatkan prestise sosial karena turut mendukung gerakan kepedulian sosial dan lingkungan berkelanjutan. Kopi yang mendapat sertifikasi Fair Trade bisa mencantumkan logo Fair Trade pada kemasannya.
Keuntungan dari sebuah “Fair Trade”
Keuntungan utama dari Fair Trade adalah jaminan harga untuk meningkatkan dan menstabilkan pendapatan produsen di negara berkembang.
Fair Trade ikut menjaga kelestarian lingkungan dan ekosistem karena penggunaan bahan kimia pertanian dan transgenik berbahaya dilarang demi pertanian yang berkelanjutan secara ekologis.
Petani Fair Trade melindungi tanah dan habitat satwa liar dengan menanam spesies tanaman secara tumpangsari guna meningkatkan kesuburan tanah dan melindungi dari erosi.
Program pengelolaan lingkungan yang ketat, termasuk konservasi air, pembuangan limbah yang tepat dan larangan penanaman di kawasan lindung, semakin mendorong pemeliharaan lingkungan.
Kopi Fair Trade rata-rata termasuk kopi organik, yang tentu saja merupakan bonus bagi konsumen yang sadar akan kesehatan. Fair Trade, yang memberikan informasi kepada konsumen tentang proses produksi.
Fair Trade memberikan kondisi kerja yang nyaman bagi pekerja pertanian seperti menikmati kebebasan berserikat, kondisi kerja yang aman, dan memperole hupah yang adil. Perdagangan langsung antara produsen dan konsumen menghilangkan perantara yang tidak perlu dan memberdayakan petani untuk mengembangkan kemampuan bisnis yang diperlukan untuk bersaing di pasar global.
Fair Trade juga melakukan investasi dalam proyek sosial seperti program beasiswa, layanan kesehatan, dan pelatihan. Dukungan organisasi yang demokratis dan transparan membantu petani dan pekerja pertanian Fair Trade dalam memutuskan bagaimana menginvestasikan pendapatan.
Kelemahan Fair Trade
Bukti empiris yang ada menunjukkan bahwa Fair Trade memang mampu mencapai banyak tujuan. Namun demikian masih ada beberapa kelemahan yang terdapat dalam mekanisme perdagangan ini.
Kelemahan pertama adalah kelembagaan(organisasi/koperasi) yang menaungi produsen. Kelembagaan yang tidak transparan membuat para petani tidak memiliki informasi yang cukup tentang lembaga ini. Akibatnya petani terkadang tidak mempercayai pengelola lembaga tersebut.
Kelemahan kedua yaitu terkait mekanisme pengelolaan kelembagaan. Penetapan minimum price tidak sepenuhnya mampu melindungi petani dari fluktuasi harga dan dan sistem kuota tidak mampu menampung surplus produksi.
Kondisi ini memaksa petani menjual kopi kualitas Fair Trade secara konvensional dengan harga yang lebih murah. Lebih jauh kondisi ini juga menurunkan harga kopi konvensional yang pada gilirannya mengurangi kesejahteraan baik petani Fair Trade maupun konvensional.
Best Practice
Kunci sukses sebuah Fair Trade terletak pada kelembagaannya. Selama lembaga Fair Trade mampu mengakomodir kebutuhan anggotanya dengan baik, memberi keuntungan dan kesejahteraan serta mampu menarik petani kopi untuk bergabung dengan gerakan Fair Trade ini.
Selain itu Lembaga juga perlu didukung dengan adanya mekanisme Fair Trade yang dirancang dengan baik dan secara efektifmampu mengatasi kekurangan yang ada.
Beberapa cara untuk mengatasi kelemahan yang ada selama ini diantaranya dengan meningkatkan jaminan harga bagi petani kopi, peningkatan efisiensi koperasi Fair Trade, dan meningkatkan permintaan kopi Fair Trade.
Terakhir, dan mungkin langkah paling kritis dalam upaya ini, dapat dicapai melalui promosi Fair Trade yang lebih baik dan lebih agresif dan mungkin, pembatasan margin keuntungan perantara yang saat ini selangit di saluran pasokan Fair Trade.
Tanpa adanya strategi dan kebijakan yang menargetkan permintaan kopi Fair Trade dan harga yang diterima petani kopi, Lembaga ini akan terus gagal mencapai tujuan mulianya.
Membeli kopi berlabel “Fair Trade”mungkin lebih mahal, namun banyak hal positif yang bisa didapat dibalik harga tersebut.
Petani terbantu mendapatkan harga jual yang wajar dan sejahtera. Konsumen akan memperoleh kopi berkualitas yang kemungkinan adalah kopi organic. Kelestarian lingkungan akan terjaga karena Fair Trade juga mengusung konsep sustainability Environment.
Membeli kopi berlabel Fair Trade, menjamin dipenuhinya sejumlah standar etika dan regulasi resmi yang harus dipenuhi oleh setiap pelaku dalam rantai pasok tersebut.
Penulis:
Delfia Tanjung Sari,
Dosen Ilmu Ekonomi – Universitas Andalas