Ilustrasi
Madaniy.Com - Ketika para taruna Akpol melintas di hadapannya, sang ibu ini mmendapat kesan rapi, gagah dan santun. Sekilas terbersit do'a kepada Sang Khalik.
"Ya Allah, semoga kelak salah satu dari mereka (taruna) ada yang menjadi menantu di keluarga kami," panjatnya.
Peristiwa yang terjadi ketika wanita asal Matur, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, tengah menikmati suasana Simpang Lima Kota Semarang, beberapa tahun lalu.
Dan beberapa tahun kemudian, seorang perwira pertama Polda Riau datang ke rumahnya, menyampaikan lamaran untuk putrinya. Tanpa, banyak pertimbangan bersama sang suami, si ibu ini menerima lamaran tersebut.
Dan pernikahanpun berjalan, dan harapan Ibu ini terkabul memiliki menantu seorang perwira polisi, dan juga lulusan Akpol, namun dia masih merahasiakannya dari siapapun.
Selang usai pernikahan, sebagai seorang ibu, tentunya ingin memperkenalkan tanah kelahirannya Matur kepada sang menantu. Dalam perjalanan, rombongan keluarga ini sempat menginap semalam di Bukittinggi dan terjadilah percakapan dengan sang menantu.
"Masih jauhkah kampung Mama, dari sini," tanya si menantu.
"Masih, besok pagi kita kesana, masih beberapa jam perjalanan lagi," jawab si ibu singkat.
"Wah, jauh juga ya Ma," komentar si menantu.
"Kamu mau tahu enaknya daerah ini, bertugaslah disini. Pasti bakalan betah," kelit di ibu mertua.
"Ndak lah Ma, jauh," jawab sang menantu mengelak.
Singkat cerita, si menantu pun menjalani pendidikan di Perguruan tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), hingga selesai pada tahun 2004.
Berdasarkan penempatan, dirinya bersama dua rekannya bertugas di Sumatera Barat. Begitu menghadap Kapolda Sumatera Barat, kedua rekannya diperintahkan untuk segera mencari tempat tinggal, sedangkan dirinya tidak.
Dalam kebingungan atas perintah Kapolda tersebut, barulah didapatkan jawaban, bahwa dirinya ditugaskan menjadi Wakapolres Agam.
"Begitu mendapatkan jawaban tersebut, barulah saya menyadari kenapa saya tidak diperintahkan mencari rumah. Ternyata sudah disiapkan rumah jabatan," kenang si menantu kepada Madaniy.
Seminggu pertama berada di Lubuk Basung, bersama seorang stafnya berkeliling mengenali wilayah tugasnya, hingga suatu waktu kendaraan yang ditumpanginya sampai di wilayah Matur.
"Tunggu sebentar Pak, sepertinya saya kenal dengan daerah ini. Coba tanya dimana ini," ujar si menantu ini kepada stafnya.
"Kita ini di Matur Pak," jawab si staf singkat.
Karena masih belum nyambung dengan rasa penasarannya, si staf disuruh menanyakan nama daerah tersebut kepada masyarakat. Barulah setelah mendapat jawaban, lelaki yang menjabat Wakapolres Agam tersebut terdiam.
"Ini kampung mertua saya, nama desanya Cubadak Lilin, Matur," katanya pada si staf.
Brigadir Polisi yang menemani Wakapolres inipun turun dan mendatangi kumpulan warga di sebuah kedai kopi, dan mengabarkan.
"Bapak-bapak, Wakapolres Agam ini adalah rang Sumando kito, rumah mertuanya di Cubadak Lilin," ujarnya.
Mendapat kabar tersebut, warga masyarakat yang tengah bertransaksi di Pasar Matur sontak heboh, semua perhatian tertuju pada sosok polisi berpangkat Komisaris tersebut.
"Waktu itu saya diundang makan dari warung ke warung, sampai kekenyangan sekali saya," kenang Komisari Polisi.
"Inilah sepenggal kisah, betapa doa ibu mertua saya tersebut sangat makbul, sampai kapanpun takkan terlupakan. Dan, jangan pernah membantah bahasa seorang mertua," kenang Kompol Polisi ynga saat ini menjabat Kabid Humas Polda Riau.
Kombes Pol Sunarto, lelaki asal Trenggalek ini adalah menantu tokoh masyarakat Gunung Sahilan dan Rang Sumando bagi masyarakat Cubadak Lilin, Matur, Kabupaten Agam.
"Mama baru bercerita tentang do'a-do'anya tersebut kepada saya setelah pernikahan kami berjalan beberapa tahun," kenang Sunarto.
Ditulis kembali oleh Yuki Chandra