Sabu berasal dari Guangzhou, China dan dikemas di dalam tiang besi (Liputan6.com/Istimewa)
Madaniy.Com - Sabtu (8/4/2017) sekitar pukul 9.00 WIB, awak media di Riau dikagetkan hasil penangkapan 40 kg shabu-shabu bersama dua kurirnya, saat ini sudah berada di Ditres Narkoba Polda Riau.
Berikut petugas juga menemukan 160.000 butir pil ekstasi dalam mobil jenil sedan berwarna merah, yang dihentikan petugas di Simpang Buatan, Kabupaten Siak, Jumat (7/4/2017) pada pukul 23.30 WIB.
Tak sampai 60 menit kemudian, tersiar kabar jajaran Sat narkoba Polres Bengkalis bersama dengan anggota Ditres Narkoba Polda Riau, meringkus pemilik barang haram yang sudah diamankan di Polda Riau tersebut.
"Spektakuler..!! Hanya orang-orang yang terlatih dan terbiasa bermain ini yang bisa melakukannya," kata Anggota DPD RI Intsiawati Ayus kepada Madaniy, dengan nada geram.
Jajaran Polda Riau terus melakukan pengembangan hasil tangkapan ini, dan terungkap jika barang harap tersebut dikirim dari Tiongkok, diselundupkan melalui Malaysia, hingga berlabuh di Bengkalis dengan menggunakan kapal.
Kapolda Riau ketika ekspos hasil penangkapan shabu seberat 40 kg asal Tiongkok (Foto: Istimewa).
Kapolda Riau Irjen Pol Zulkarnain Adinegara dan Gubernur Riau Arsyadjulian Rachman pun meradang, Konsul Malaysia sebagai perwakilan pemerintah Malaysia didatangi untuk membicarakan hal ini.
"Saya dan Gubernur Riau sudah bicarakan dengan perwakilan Pemerintah Malaysia di Pekanbaru yaitu Konsul Malaysia gimana ini shabu masuk ke Riau," kata Kapolda Riau.
Kali kedua terjadi di Riau dalam dua tahun terakhir, ketika 100 kg shabu berhasil diamankan petugas di Dumai tahun 2016 lalu. Riau masih menjadi tempat transit dan tujuan peredaran narkoba asal Tiongkok.
Jika mengikuti operasi yang dilakukan Badan Narkotika Nasional (BNN), hampir bisa dikatakan hampir seluruh barang haram narkoba hasil tangkapan ini berasal dari Tiongkok.
Foto: Istimewa
Salah seorang pejabat tinggi kepolisian kepada Madaniy pernah berkata, bahwa produksi narkoba di Tiongkok layaknya home industri dan bebas di negara itu.
"Bahkan ada yang sudah layak disebut pabrik ekstasi, disana," kata sumber Madaniy.
Dan, Indonesia saat ini menjadi salah satu sasaran pasar potensial bagi produsen barang haram dari Negeri Tirai Bambu ini. Dan malaysia menjadi salah satu perlintasan yang paling aman bagi mereka.
Memang Kapolda Riau mengungkapkan saat ini jajaran Ditres Narkoba Polda Riau masih berusaha memburu sejumlah nama dan anggota komplotan EJ yang ada di Malaysia dan Tiongkok.
Yang menjadi pertanyaan, akan begitu mudahkan melakukan investigasi? Karena sejauh ini, belum ada satupun penegak hukum yang mampu memutus mata rantai ini.
Percuma juga diungkap, toh dinegara Tiongkok sendiri bukanlah sesuatu hal yang tabu. bertolak belakang terhadap perilaku tindak pidana korupsi.
Di sisi lain, Pemerintah Presiden Joko Widodo tengah gencarnya menjalin kerjasama ekonomi dengan Pemerintah Tiongkok. Triliunan rupiah dana digelontorkan untuk membangun infrastruktur.
Presiden Jokowi dan Presiden China ketika menyepati kerjasama maritim. Foto: Istimewa
Sayangnya niat baik kerjasama ini juga ditumpangi bandar narkoba, tiang pancang impor asal Tiongkok ternyata berisi narkotika. Hal ini jelas semakin menambah kemarahan masyarakat.
Bahkan, dalam beberapa minggu netizen meradang agar pemerintah menghentikan pengiriman bahan baku infrastruktur dari negeri Tiongkok. Juni-Juli 2016.
Ironis memang, ketika menyingkap kembali sejarah Perang candu yang terjadi di daratan Tiongkok, terbagi dalam dua tahap. Pertama terjadi antara tahun 1840 hingga 1842, sedangkan kedua terjadi pada tahun 1856-1860.
Perang yang pecah di masa Dinasti Manchu ini dilatarbelakangi penyeludupan candu ke China oleh Inggris pada abad ke-18 dan ke-19. Bangsa Barat tidak mampu memenuhi pembayaran dalam mata uang perak, karena sangat menguras devisa.
Karena di Eropa telah terjadi revolusi industri, mengakibatkan Inggris harus mencari daerah pasar industri, mengambil bahan mentah dan menanamkan modal yang surplus. Salah satu sasarannya China dengan menjalin hubungan dagang terutama perdagangan candu.
Dalam perjalanannya, sempat terjadi beberapa kali insiden dengan pihak yang menolak kerjsama dagang ini. Akhirnya Kaisar didesak Ingris untuk menuruti kemauannya yang tak mungkin dipenuhi, hingga perang pun tak terhindarkan.
Para pecandu di masa Dinasti Manchu. Foto: Istimewa
Pola-pola penyelundupan candu yang dilakukan di masa Dinasti manchu ini, tidak jauh berbeda dengan penyelundupan narkoba dari Tiongkok ke Indonesia.
Di sisi lain, kerjasama perdagangan Indonesia dengan Tiongkok pun semakin menggurita. banyak sekali produk perdagangan Tiongkok yang saat ini dipasarkan di Indonesia, baik legal maupun ilegal.
Dan, salah satunya yang saat ini menjadi perhatian BNN, yakni menghadapi kelihaian penyelundup narkoba asal Tiongkok ke tanah air, dengan segala cara.
Hanya saja yang menimbulkan kegelisahan, apakah ini bibit bakal terjadinya Perang Candu di negeri ini. Akankah pemimpin negeri ini menjadi Kaisar Daoguang, yang akhirnya menurunkan kekuatan militer?
Semoga para pemimpin di negeri ini benar-benar melihat dampak sebuah kerjasama perdagangan antara negara, tidak hanya menguntungkan dari sisi ekonomi, tapi juga mempertimbangkan ancaman degradasi moralitas yang akan dialami anak bangsa.
Pekanbaru, 9 April 2017
Yuki Chandra
Pemimpin Redaksi