DL Sitorus in memoriam
Madaniy - Meski hanya tiga tahun lamanya berkibar, kehadiran Harian Umum Suara Riau, telah melahirkan kader-lader wartawan hebat di Riau. Media cetak inilah didanai mendiang Opung DL Sitorus.
Kepergian yang mengagetkan beberapa senior di kalangan wartawan Riau, tak kurang dari nama-nama Satria Utama Batubara yang sekarang menjabat Pemred Riau24.Com, Buddy Safwan (pemilik Riausky.Com) dan Ahmad S Udi (Riauterkini.Com)
"Sebenarnya masih banyak nama-nama besar yang saat ini berkiprah di dunia pers Riau,adalah jebolan Suara Riau," kata sumber Madaniy.
Sebagai seorang pengusaha, figur DL Sitorus telah pernah menjadi bagian penting dari sebuah eksistensi media di Riau. Sesuai dengan namanya, Suara Riau berkomitmen untuk menyuarakan kebenaran kepada masyarakat ini.
Ketika media ini didirikan pada tahun 1998, banyak pihak yang berharap koran ini akan menjadi salah satu kekuatan pers di Riau pada masa mendatang.
"Sangat beralasan, kemampuan finansial mendiang tak perlu diragukan lagi ketika itu. Sayangnya hanya bertahan selama tiga tahun, karena beliau memilih untuk menutup koran yang telah mulai menjadi pilihan masyarakat tersebut," kata Lampita Pakpahan kepada sumber Madaniy.
Kamis (3/8/2017), pemilik perkebunan sawit tersebut telah dipanggil yang Kuasa, namun buah karyanya terhadap kemajuan pers di Riau akan terus berkiprah hingga melahirkan talenta-talenta wartawan berbakat.
H Syafriadi, Miswar Pasai, Satria Utama Batubara, Buddy Safwan, Ahmad S Udi dan Fitrimayani, baru sedikit nama yang berhasil dihimpun Madaniy dari berbagai sumber. Namun semua wartawan di Riau sangat mengenal integritas dan kemampuan jurnalistik nama-nama yang pernah bernaung di Suara Riau tersebut.
Sebuah kenangan yang tak terlupakan bagi Madaniy, tentang seorang DL Sitorus, yakni ketika meliput acara Pesta Bona Taon, Keluarga Besar Nairasahon Riau, di Pangkalan Kerinci, Pelalawan pada tahun 2005.
Ketika dikenalkan oleh panitia, dengan lembut dia bertanya, "Dari mana dek?" Dan saya menjawab singkat, "Saya dari Horasplus, Pak!"
Lalu dia menoleh ke seorang bapak yang duduk di sebelah kirinya, seraya berkata, "Maaf yah, saya selesaikan dulu urusan dengan wartawan kita ini. Jujur saja, aku lebih takut dengan seorang wartawan dari pada bayonet!"
Ketika seorang pengusaha ternama di tanah air lebih memilih meninggalkan lawan bicaranya, untuk melayani kedatangan seorang wartawan membuat saya terpukau.
Sikap hormat dan segan yang ditunjukkan DL Sitorus tersebut, memberi kesan yang cukup kuat akan responnya ketika menghadapi awak media. Meski pernah memiliki sebuah media cetak harian, namun tetap menampilkan kesederhanaan dan keramahan kepada wartawan.
Sekarang, kita hanya bisa berharap, ke depan lahir kembali figur-figur layaknya Opung DL Sitorus di Bumi Lancang Kuning, yang tak segan mengucurkan finansial untuk membangun media yang sehati di Riau.
Yuki Chandra