Sepenggal Cerita Sispala Galapagos II
'Galapagos' Pertarungan di Gadut - Lubuak Paraku
Ilustrasi
Madaniy.Com - Waktu masih menunjukkan pukul 06.15 WIB, namun seratusan siswa SMA 1 Padang telah berkumpul di halaman gedung sekolah.
Yah, pada hari itu merupakan hari penentuan nasib kami semua,apakah diterima menjadi anggota Sispala Galapagos atau tidak.
Seminggu sebelumnya, kami telah mendapat materi dalam ruangan dari instruktur pecinta alam terkemuka, seperti dari Wanadri dan KOMMA.
Pembekalan ini merupakan bagian dari kegiatan Diklatsar Angkatan II Sispala kebanggaan Pak Rusdi, Kepala Sekolah SMA 1 Padang ketika itu.
Materi lintas alam menjadi bagian penting untuk menguji daya tahan fisik dan psikis kami sebagai calon anggota sispala.
Mengenakan kaos olahraga khas SMA 1 Padang warna biru muda berlengan panjang, kami semua menaiki truk yang sudah disiapkan panitia.
Keberangkatan kami ketika itu dilepas lambaian tangan para guru dan orangtua sebagian kawan-kawan yang turut menghantar.
Perjalanan menuju titik start di daerah Gadut, cukup membuat kami serasa merintis jalan menuju neraka, karena sama sekali tak ada bayangan perlakuan yang akan kami terima di dalam perjalanan ini.
Sejumlah rekan mencoba berbagi motivasi, meski tanpa sadar justru semakin membuat kami yang mendengarnya mulai mendapat gambaran ketakutan.
Sesampainya di titik pelepasan, kami memulai perjalanan dalam beberapa kelompok yang telah diatur sebelum berangkat.
Mungkin karena sudah sering melewati jalur di daerah ini, yang tembus ke Lubuak Paraku, maka fokus pada perjalanan adalah membantu membimbing rekan-rekan dalam satu kelompok.
Kerjasama tim, kepedulian, pemecahan masalah yang timbul dalam perjalanan dengan persiapan amunisi terbatas, menjadi sebuah tantangan ketika itu.
Pentingnya nilai-nilai kebersamaan dalam sebuah kelompok sangat dirasakan ketika itu, kerelaan untuk berbagi penderitaan menjadi fenomena baru bagi kami.
Hingga ketika kelompok kami akhirnya sampai di titik finish, tepatnya di jembatan Lubuak Paraku, serasa diri ini tak ingin berpisah lagi dengan kawan-kawan sekelompok.
Ada sebuah ikatan yang terbuhul sejak dari atas truk menuju Gadut, hingga malam menjelang di Lubuk Paraku.
Ternyata, kami yang mengikuti Lintas Alam tersebut semuanya dinyatakan lulus dan resmi menjadi anggota Galapagos Angkatan II, serta berhak menggunakan kaos kuning dengan kacu biru tersebut.
Beragam tingkah telah ditunjukkan semua kawan-kawan, dengan jati diri yang dimiliki masing-masing pribadi, inilah batasan penghormatan yang harus kami jaga demi kebersamaan dan kekeuargaan.
Karena, ketika itu oleh Angkatan Perintis kami ditugaskan untuk mempersiapkan diri menjadi panitia pelaksana Lomba Lintas Alam Galapagos I 1986.
Catatan Masa Lalu,
Bang Yuki, GLP Angkatan II